Jumat, 13 Maret 2015

Selembar Kertas Di Atas Angin
Jam dinding dikamarku sudah menunjukan pukul 01.40 pagi dan music beserta soundnya yang menempel di sisi-sisi kamarku masih terus berbunyi membawakan lagu-lagu slow rock koleksiku dan tidak sengaja terputarlah lagu milik Steelheart yang berjudul mama don’t you cry. Entah kenapa aku selalu merinding dan termenung ketika mendengar lagu ini. mungkin karna aku terlalu meganggungkan sosok seorang ibu, iyalah sosok yang sangat berharga bagi diriku. Sosok yang pertama kali mengajariku tentang apa itu hidup dan juga mengenaliku tentang apa itu cinta. Kasih sayangnya tak kunjung henti, mulai dari lisan tuanya yang selalu menyebutkan doa untukku di sela-sela tarikan nafas kecilnya. Sungguh sempurna sosoknya bagaikan bidadari nyata yang tidak bersayap.
Lagu ini membuatku masuk kedalam liriknya yang menggabarkan sosok Ibu ketika itu juga tak terasa air mata mulai mengalir diwajahku, ditambah lagi ketika sang vokalis Miljenko Matijevic menghentakkan suaranya dilirik “You’ll always be in my heart oh mama don’t you cry, you’ll always live in my dreams oh mama don’t you cry”. Lirik itu membawaku keruang waktu, tepatnya 16 tahun yang lalu ketika umurku baru beranjak 3 tahun. Aku ingat sekali ketika itu aku dan ibu pergi berbelanja buah kesukaanku di toko buah tepatnya di pinggiran jalan raya. Ketika ibu sedang sibuk memilih buah aku bermain hingga hampir ketengah jalan raya, ketika ibu melihatku ibu berteriak memanggil namaku dan berlari menghampiriku melewati jalan raya yang sempat aku lewati tadi, ketika itu juga ada mobil truk yang melaju sangat kencang hingga menabrak ibuku yang ingin menyebrang. Aku melihat sendiri ibuku tertabrak dan jatuh tertidam di depan truk tersebut. seketika itu juga darah mulai membanjiri jalan raya. Betapa hancurnya aku ketika melihat kejadian itu, bahkan sampai detik inipun terasa perihya ketikka teringat hal itu.
Sewaktu kecil aku memang menjadi anak laki-laki yang nakal dan kenakalan itu juga yang membuat ibuku menutup mata untuk yang terakhir kalinya. Saat itu aku sadar bahwa hanya sosok ibu yang rela mempertaruhkan nyawanya hanya untuk anak-anaknnya. Ketika lagu mama don’t you cry sudah berhenti terputarlah lagu milik Queen yang berjudul Bohemian Rhapsody. Yaa untuk ke dua kalinya lagu slow rock yang bertemakan ibu membuatku larut kedalam kesedihan dan menambah panjang imajinasiku tentang ibu. Diiringi lagu Queen ini kuambil kertas dan pensil lalu kutuliskan semua doa dan keluh kesahku didalam selembar kertas, kutulis “Sangat dingin dimalam hari tanpa kau disini, anda akan selalu berada dihatiku, akan selalu hidup dalam mimpi ketikaku menutup mata aku elihat cahaya dan bayangan wajah anda seperti malaikat diatasku, oh mama”. Inilah secuil asaku, kerinduanku yang tergambar lewat selembar kertas dan berharap angin yang membawa kertas ini kemanapun tujuanya.